Bukan soal kita punya uang atau tidak, kita punya waktu atau tidak, kita sedang sehat apa tidak, tapi apakah kita benar-benar mau atau tidak.
Banyak hal yang sebenarnya ingin dicapai. Banyak keinginan yang sebenarnya ingin dimiliki. Banyak cita-cita yang sebenernya ingin diraih, banyak rencana yang sebenarnya ingin terwujud.
Ya namanya juga manusia biasa yang penuh hasrat, ambisi dan keinginan duniawi wkwkwkw..
Tapi semua itu selalu saya sandarkan pada kehendak Ilahi. Biar gak kelewat bates ambisinya. Terserah Allah. Allah tau yang terbaik, selagi kita mau bertawakal *catet ber-ta-wa-kal*, kita punya niat baik, mau berdoa dan berusaha. Allah akan buka pintu-pintu kemudahan itu.
Dari banyak
keinginan itu salah satunya adalah :
bisa menemani Mama menjalankan ibadah umroh. Tepatnya di bulan Ramadhan sesuai keinginan beliau.
Dan bulan Ramadhan kemarin, alhamdulillah Allah memudahkan langkah kami sampai ke Tanah Suci.
bisa menemani Mama menjalankan ibadah umroh. Tepatnya di bulan Ramadhan sesuai keinginan beliau.
Dan bulan Ramadhan kemarin, alhamdulillah Allah memudahkan langkah kami sampai ke Tanah Suci.
Flashback dikit
yaaa..
Rencana umroh
bareng beliau sebenarnya sudah sejak tahun 2017 ketika saya sedang hamil anak
ketiga. Saat itu kondisi kesehatan beliau mulai menurun. Waktu itu cuma mikir,
masih cukupkah umur beliau untuk sampai ke Tanah Suci? Jadi tanpa banyak
pertimbangan, tanpa harus menunggu bulan Ramadhan yang masih tiga bulan lagi, saya
berniat untuk segera mendaftar umroh dalam waktu terdekat.
Saya waktu itu sedang hamil 6 bulan, tapi alhamdulillah vaksin Meningitis saya masih berlaku. Jadi aman lah untuk ibu hamil karena gak perlu vaksin ulang. Dan hamil 6 bulan masih diijinkan untuk naik pesawat. InsyaAllah secara fisik saya masih mampu berjalan jauh, melakukan Tawaf dan Sai yang menurut saya, mudahlah bagi saya.
Saya lupa, saya gak hanya membawa diri dan bayi dalam perut saja, melainkan saya harus membersamai beliau yang saat itu kondisinya untuk jalan aja susah. Ya, saking semangatnya saya lupa soal itu. *Jadi, terakhir beliau bisa jalan adalah ketika kita selesai bikin paspor*.
Memang ya semua sudah diatur. Mungkin Allah tunda keberangkatan ini karena Allah ingin kita kesana dalam waktu dan kondisi terbaik.
Saya waktu itu sedang hamil 6 bulan, tapi alhamdulillah vaksin Meningitis saya masih berlaku. Jadi aman lah untuk ibu hamil karena gak perlu vaksin ulang. Dan hamil 6 bulan masih diijinkan untuk naik pesawat. InsyaAllah secara fisik saya masih mampu berjalan jauh, melakukan Tawaf dan Sai yang menurut saya, mudahlah bagi saya.
Saya lupa, saya gak hanya membawa diri dan bayi dalam perut saja, melainkan saya harus membersamai beliau yang saat itu kondisinya untuk jalan aja susah. Ya, saking semangatnya saya lupa soal itu. *Jadi, terakhir beliau bisa jalan adalah ketika kita selesai bikin paspor*.
Memang ya semua sudah diatur. Mungkin Allah tunda keberangkatan ini karena Allah ingin kita kesana dalam waktu dan kondisi terbaik.
Jadi karena kondisi Mama waktu itu semakin menurun, pemberangkatan umrohpun akhirnya ditunda. Tapi niat untuk kesana gak hilang begitu saja, tetap ada dan terus diulang-ulang doanya untuk bisa kesana dalam keadaan dan waktu terbaik.
Dan alhamdulillah
Ramadhan kemarin keinginan kami terwujud. Allah kabulkan di saat semuanya tepat....
Jadi, kemarin kondisi Mama sudah semakin membaik, untuk berjalan pelan beliau sudah cukup kuat, tapi
untuk jalan agak jauh apalagi menanjak atau menurun beliau masih kesulitan.
Akhirnya saya dan suami sepakat untuk membawa (menyewa lebih tepatnya) kursi roda dari Indonesia.
Nah, kenapa akhirnya saya merasa perlu berbagi pengalaman umroh dengan kursi roda? Meskipun ini juga pengalaman pertama kami, karena mungkin ada yang merasa ragu, “saya sakit, saya susah jalan, apakah tetep bisa berangkat umroh?” , semoga dengan share pengalaman ini, bisa memberi semangat kepada teman-teman, bahwa sakit bukan jadi halangan untuk bisa sampai ke Tanah Suci ya!
Semoga teman-teman yang pengen kesana bisa segera terlaksana. Aamiin.
Akhirnya saya dan suami sepakat untuk membawa (menyewa lebih tepatnya) kursi roda dari Indonesia.
Nah, kenapa akhirnya saya merasa perlu berbagi pengalaman umroh dengan kursi roda? Meskipun ini juga pengalaman pertama kami, karena mungkin ada yang merasa ragu, “saya sakit, saya susah jalan, apakah tetep bisa berangkat umroh?” , semoga dengan share pengalaman ini, bisa memberi semangat kepada teman-teman, bahwa sakit bukan jadi halangan untuk bisa sampai ke Tanah Suci ya!
Semoga teman-teman yang pengen kesana bisa segera terlaksana. Aamiin.
Jadi, kira-kira
apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana persiapannya?
1. KURSI RODA. Sewa atau beli?
Pertimbangannya
apa bawa sendiri? Kan disana juga bisa sewa?
Pertimbangannya sewa disana jauh
lebih mahal, kurang lebih 600 SAR atau setara 2,4 juta untuk rangkaian Tawaf
dan Sai saja (mohon koreksinya jika salah) tapi harga segitu sepertinya sudah
dengan jasa dorongnya. Sementara saya dan suami sepakat untuk bergantian ndorong dan tidak menggunakan jasa dorong.
Jadi, kayaknya lebih hemat kalau sewa sendiri dari Indonesia. Karena penggunaan kursi roda gak hanya pada saat Tawaf dan Sai saja, perjalanan hotel – masjid juga butuh kursi roda, jadi memang perlu banget bawa kursi roda sendiri.
Jadi, kayaknya lebih hemat kalau sewa sendiri dari Indonesia. Karena penggunaan kursi roda gak hanya pada saat Tawaf dan Sai saja, perjalanan hotel – masjid juga butuh kursi roda, jadi memang perlu banget bawa kursi roda sendiri.
Awalnya
kepikiran untuk beli, karena toh bisa dipakai Mama juga sehari-hari nantinya.
Tapi alhamdulillah beliau masih ingin belajar dan mencoba terus untuk bisa
jalan tanpa bantuan kursi roda, meskipun kadang masih dibantu dengan kruk.
Jadi, sewa adalah pilihan yang tepat.
Beberapa minggu sebelum berangkat, saya browsing jasa penyewaan kursi roda di Jogja.
Beberapa minggu sebelum berangkat, saya browsing jasa penyewaan kursi roda di Jogja.
Bagi yang
membutuhkan jasa sewa kursi roda untuk daerah Jogja dan sekitarnya, bisa ke sini :
WA :
082160203030
(perwakilan Gejayan)
Berapa biayanya? (kursi roda traveling seperti yang kami sewa kemarin) :
200 ribu/ bulan
120 ribu/ 2 minggu
atau 75 ribu/ minggu
Kondisinya bagus, gampang digunakan, ringan dan praktis.
2. HATI YANG IKHLAS & SABAR
200 ribu/ bulan
120 ribu/ 2 minggu
atau 75 ribu/ minggu
Kondisinya bagus, gampang digunakan, ringan dan praktis.
2. HATI YANG IKHLAS & SABAR
Setelah sewa
kursi roda beres, apalagi yang perlu disiapkan untuk Umroh dengan anggota keluarga
yang memang sangat butuh bantuan kita?
Rasa ikhlas dan
sabar pastinya. Tanpa itu semuanya, gak ada artinya kita jauh-jauh kesana,
lelah-lelah mendorong, tapi hati gak ikhlas, yang ada cuma capeq!
Dari awal niat umroh bareng Mama dengan kondisi beliau yang tak seprima kita, memang sudah
harus dilegowokan, bahwa disana tugas saya dan suami berdua adalah bahu
membahu, gak boleh mikirin diri sendiri atau mikir berdua saja.
Harus lebih sabar lagi ketika waktunya sholat, kita harus lebih cepat dari yang biasanya, bahkan di Masjidil Haram untuk jam tertentu kursi roda gak boleh lewat pintu atau eskalator tertentu. Jadi kita sering dapat sholat di pelataran masjid. Yaaah, dilegowokan...
Begitu pula ketika mengantri ke Raudah, karena barisan kursi roda ada sendiri, dimana kita baris dua-dua, sementara antriannya amatlah sangat panjang yang bisa sampai tiga jam berdiri ngantri, dan bisa masuk ke Raudah hanya dikasih waktu satu-menit-saja sama ukhti askarnya. Rasanya mustahil aja sih, kalau gak legowo pasti mending putar balik ke hotel kemudian tidur, ya gak? 😂
Harus lebih sabar lagi ketika waktunya sholat, kita harus lebih cepat dari yang biasanya, bahkan di Masjidil Haram untuk jam tertentu kursi roda gak boleh lewat pintu atau eskalator tertentu. Jadi kita sering dapat sholat di pelataran masjid. Yaaah, dilegowokan...
Begitu pula ketika mengantri ke Raudah, karena barisan kursi roda ada sendiri, dimana kita baris dua-dua, sementara antriannya amatlah sangat panjang yang bisa sampai tiga jam berdiri ngantri, dan bisa masuk ke Raudah hanya dikasih waktu satu-menit-saja sama ukhti askarnya. Rasanya mustahil aja sih, kalau gak legowo pasti mending putar balik ke hotel kemudian tidur, ya gak? 😂
Tapi Jangan
pernah ragu dengan pertolongan dan kemudahan yang akan Allah turunkan melalui
orang-orang sekitar. Ketika saya terpisah dengan suami, dan saya harus
mendorong seorang diri dengan kondisi orang penuh sesak, tiba-tiba ada saja
orang yang membantunya. Ya, hampir selalu ada orang-orang itu datang membantu
kami.
3. SIAPKAN UANG UNTUK "TIPS" PETUGAS BANDARA
Perjalanan
Jogja – Jakarta – Dubai – Madinah – Jeddah – Dubai – Jakarta – Jogja kemarin
memang cukup memakan waktu di perjalanan. Makin sering kita transit di
bandara, maka makin sering pula kita naik turun pesawat dan otomatis mobilitas
kursi roda pun juga makin tinggi. Jadi kemarin alurnya kurang lebih gini..
JOGJA
– JAKARTA
Begitu
sampai di bandara Jogja menuju Jakarta, kursi roda gak perlu di wrap, jadi
perlakuannya sama seperti bawa stroller bayi, cukup lapor saja dan diserahkan
ke petugas ketika kita boarding / naik ke pesawat. Sekali lagi jangan lupa
lapor ke petugas bahwa ada penumpang dengan kondisi sakit dan menggunakan
wheelchair. Saya sebut saja penumpang khusus
ya.
Jadi begitu turun dari pesawat, sudah ada petugas yang menunggu dengan kursi roda yang sudah disiapkan oleh bandara, jadi gak pakai kursi roda milik sendiri. Penumpang khusus ini akan didorong oleh petugas didampingi oleh salah satu keluarganya. Sampai di ruang pengambilan bagasi, barulah serah terima kursi roda beserta penumpangnya. Petugas di Soetta gak ada yang minta tips, tapi nurani kita aja sih, kalau mau kasih ya kasih seikhlasnya, kalau gak ya, gak apa-apa.
![]() | |||
wheelchair di wrap sama Team Leader Zhafirah |
JAKARTA
– DUBAI
Kursi
roda wajib di wrap ketika penerbangan internasional. Di Soetta,
bayarnya 50 ribu, jadi ketika wheelchair sudah di wrap, kita akan dipinjami
wheelchair punya bandara sampai naik ke pesawat berikutnya.
![]() |
di bandara Dubai |
![]() |
Tiba
di Dubai, bagasi gak ada yang turun, kita transit selama enam jam dengan
fasilitas tidur di hotel (kita gak ambil paket city tour, jadi numpang tidur siang aja di Dubai - berasa orang kaya, padahal transit biar dapat tiket yang lebih murah LOL)
Di
bandara Dubai yang gedenya segede baliho SAHRUKHAN, yang ndorong kursi roda adalah petugas bandara sekaligus
menggunakan kursi roda bandara juga. Kursi roda punya sendiri masih di wrap dibagasi.
Kalau bisa sih kasih tips ke petugas yang bantu dorongin ya, karena lumayan jauh
jaraknya. Kasih berapa? Seikhlasnya.
(Kalau tanya rata-rata biasanya dan ini katanya antara 10-20 SAR)
Begitupun ketika dari hotel kembali lagi ke bandara mau terbang ke Madinah, ikhlaskan saja untuk kasih tips petugas karena lagi-lagi dorongnya emang jauh banget.
(Kalau tanya rata-rata biasanya dan ini katanya antara 10-20 SAR)
Begitupun ketika dari hotel kembali lagi ke bandara mau terbang ke Madinah, ikhlaskan saja untuk kasih tips petugas karena lagi-lagi dorongnya emang jauh banget.
DUBAI
– MADINAH
Sebenarnya
kemarin ini yang agak bikin senep suami, karena ngerasa “dipaksa bayar ”.
Astaghfirulloh.... jadi ceritanya turun dari pesawat saya duluan sama Mama, suami di belakang. Begitu ke bagian Imigrasi, tiba-tiba ada orang yang mengambil alih kursi roda dan dia dorong sampai ke antrian Imigrasi. Nah begitu sampe, si petugas ini minta uang 100rb sebagai bayaran dia sudah ndorongin kursi roda meskipun tanpa diminta.
Yah, aku pikir tadi sukarela aja hahaha, mungkin karena gak tega liat saya kecil begini kan, jadi dia mau bantuin gitu lah, eh ujung-ujungnya dia minta duit hehe. Beda sih caranya ketika di bandara Dubai, yang ini agak maksa. Ya pelajaran juga, kalau di bandara liat-liat ya mereka pakai seragam atau tidak, kalau yang resmi, mereka pakai seragam.
Astaghfirulloh.... jadi ceritanya turun dari pesawat saya duluan sama Mama, suami di belakang. Begitu ke bagian Imigrasi, tiba-tiba ada orang yang mengambil alih kursi roda dan dia dorong sampai ke antrian Imigrasi. Nah begitu sampe, si petugas ini minta uang 100rb sebagai bayaran dia sudah ndorongin kursi roda meskipun tanpa diminta.
Yah, aku pikir tadi sukarela aja hahaha, mungkin karena gak tega liat saya kecil begini kan, jadi dia mau bantuin gitu lah, eh ujung-ujungnya dia minta duit hehe. Beda sih caranya ketika di bandara Dubai, yang ini agak maksa. Ya pelajaran juga, kalau di bandara liat-liat ya mereka pakai seragam atau tidak, kalau yang resmi, mereka pakai seragam.
SELAMA DI HOTEL DAN DI MADINAH
Karena
kursi rodanya juga nyewa bukan milik pribadi, jadi jangan sekali-kali
meninggalkan kursi roda di luar kamar atau di luar masjid ya. Toh kursinya juga
bisa dilipat, jadi gak apa-apa, bongkar lipat bongkar lipat sampai seratus kali
juga gak masalah demi keamanan itu lebih baik.
Ketika
di Madinah, kemarin kita memang menghabiskan waktu di Masjid Nabawi, gak ikut
city tour, mengingat kondisi Mama yang sangat kesulitan untuk naik turun bus.
Jadi rutinitas kami selama di Madinah kemarin kurang lebih gini :
Habis sahur, ke masjid untuk Sholat Subuh (kalau masih dapat Sholat Tahajud di Masjid), lanjut ke Raudah sekalian Sholat Duha, baru kembali ke hotel dan baru bisa tidur nyenyak sampai menjelang Sholat Dzuhur. Nanti Sholat Dzuhur kadang pulang kadang lanjut Sholat Ashar baru pulang, menjelang buka puasa ke masjid lagi, iftar di Masjid Nabawi yang masyaAllah.... indah banget ya Allah.. suasana menjelang buka puasa yang selalu ku rindukan di Masjid Nabawi.
Jadi rutinitas kami selama di Madinah kemarin kurang lebih gini :
Habis sahur, ke masjid untuk Sholat Subuh (kalau masih dapat Sholat Tahajud di Masjid), lanjut ke Raudah sekalian Sholat Duha, baru kembali ke hotel dan baru bisa tidur nyenyak sampai menjelang Sholat Dzuhur. Nanti Sholat Dzuhur kadang pulang kadang lanjut Sholat Ashar baru pulang, menjelang buka puasa ke masjid lagi, iftar di Masjid Nabawi yang masyaAllah.... indah banget ya Allah.. suasana menjelang buka puasa yang selalu ku rindukan di Masjid Nabawi.
![]() |
selesai dari Raudah |
Selepas Sholat Maghrib, kembali lagi ke hotel untuk buka puasa makan porsi kuli,
kemudian balik lagi ke masjid untuk Sholat Isya sekaligus Sholat Tarawih sampai jam 12
malam. Jam 3 pagi sahur.... and repeat again (seperti yang sudah dijelasin diatas).
Jadi
bisa dihitung berapa kali kita bolak balik ke hotel dengan menempuh kursi roda ya.
Banyak kali.
Sendirian?
Enggak, banyak kok yang pakai kursi roda juga, jadi jangan baper, bukan saya
aja yang berjuang, tapi banyak sekali yang perjuangannya lebih berat daripada
saya.
MAKKAH
DAN MASJIDIL HARAM
Perjalanan
ke Makkah dari Madinah menggunakan Bus. Dan setiap kali Mama harus naik turun bus
sebenarnya pedih aja rasanya, ikut ngerasain perjuangannya tergopoh-gopoh untuk
naik turun bus. Kadang agak setengah digendong biar kuat naiknya. Bikin hatique sungguh terqoyaq-qoyaq..... 😓
![]() |
dari Masjid menuju hotel |
Untuk
Rukun Umroh Ihram, Tawaf, Sai dan Tahalul. Alhamdulillah kemarin lancar
semuanya.
Dari Miqat di Masjid Bir Ali, sekali lagi kita harus sabar dan ikhlas, ketika rombongan sudah menanti, sementara saya masih makein kaos kaki mama, ketika rombongan sudah memanggil untuk berkumpul, mungkin saya masih sibuk mbenerin posisi duduk mama di kursi roda. Sabar kuncinya.
Alhamdulillah rombongan kami mengerti, team leader kami juga sabar, karena jauh sebelumnya memang saya sudah sampaikan bahwa ada jamaah yang menggunakan kursi roda. Jadi, atas pengertian jamaah lainnya, rangkaian ibadahpun bisa terlaksana dengan baik. Alhamdulillah.
Dari Miqat di Masjid Bir Ali, sekali lagi kita harus sabar dan ikhlas, ketika rombongan sudah menanti, sementara saya masih makein kaos kaki mama, ketika rombongan sudah memanggil untuk berkumpul, mungkin saya masih sibuk mbenerin posisi duduk mama di kursi roda. Sabar kuncinya.
Alhamdulillah rombongan kami mengerti, team leader kami juga sabar, karena jauh sebelumnya memang saya sudah sampaikan bahwa ada jamaah yang menggunakan kursi roda. Jadi, atas pengertian jamaah lainnya, rangkaian ibadahpun bisa terlaksana dengan baik. Alhamdulillah.
Yang
tanya saya kemarin pakai travel apa? Zhafirah ya! Saya sudah dua kali pakai
travel ini, dan alhamdulillah recomended. *setelah
ini ngarep di endorse 😛*
PT ZHAFIRAH MITRA MADINA
Ruko Kuning 8D, Jl. Ringroad Utara, Condong Catur, Depok Sleman - DIY
http://zhafirahumroh.co.id/
IG : zhafirahumrohhajj
IG : zhafirahumrohjogja
PT ZHAFIRAH MITRA MADINA
Ruko Kuning 8D, Jl. Ringroad Utara, Condong Catur, Depok Sleman - DIY
http://zhafirahumroh.co.id/
IG : zhafirahumrohhajj
IG : zhafirahumrohjogja
Untuk
Tawaf sendiri pengguna kursi roda tidak boleh dilakukan di lantai dasar (depan
Ka'bah persis), jadi bisa dilakukan di lantai 1,2,3 dan 4. Dengan jarak yang
lebih jauh pastinya. Karena kemarin kita gak pakai mutawif/ah, jadi saya sama
suami gantian yang dorong.
Begitu juga dengan Sai, dilakukan dilantai atas, untuk putaran Sai khusus pengguna kursi roda juga dibedakan, lebih pendek putarannya, dan tidak ada tanjakan bukit Safa dan Marwa seperti kalau kita jalan kaki di lantai dasar.
Sementara untuk tahalul, mohon dapat diperhatikan, karena kita terpisah dengan rombongan, maka yang bisa mencukur rambut adalah jamaah yang sudah melakukan tahalul.
Perhatikan saja orang-orangnya, menggunakan kain ihram atau tidak, minta tolong kepada jamaah lain yang gak kenal juga gak apa-apa. Karena kemarin kita sempat“dimintain uang” sama orang yang menawarkan jasa tahalul. Beh, cukur tiga helai rambut bayar! bukan cukur botak ini ya, tapi tahalul rukun umroh. Astaghfirulloh...baru tau ada jasa tahalul berbayar. Ada juga ya yang cari kesempatan di tempat suci seperti
ini. Hiks.
Begitu juga dengan Sai, dilakukan dilantai atas, untuk putaran Sai khusus pengguna kursi roda juga dibedakan, lebih pendek putarannya, dan tidak ada tanjakan bukit Safa dan Marwa seperti kalau kita jalan kaki di lantai dasar.
Sementara untuk tahalul, mohon dapat diperhatikan, karena kita terpisah dengan rombongan, maka yang bisa mencukur rambut adalah jamaah yang sudah melakukan tahalul.
Perhatikan saja orang-orangnya, menggunakan kain ihram atau tidak, minta tolong kepada jamaah lain yang gak kenal juga gak apa-apa. Karena kemarin kita sempat
![]() |
selesai melaksanakan Tawaf |
Kalau
pengen banget sholat di depan Ka'bah yang di lantai dasar, kita datang ke masjid antara jam 9-10 pagi untuk persiapan Sholat Dzuhur (bagi pengguna kursi roda),
sudah deh sampai Ashar atau Maghrib sekalian. Pernah sekali gini, dirapel
sampai buka puasa, walhasil kaki mama bengkak karena terlalu lama duduk di kursi,
sementara kalau mau tiduran di karpet, bangunnya susah banget. Pasti kesakitan luar biasa. Kalau mau pulang ke hotel, nanti sudah gak bisa sholat di dalam Masjid lagi. Mungkin karena musim Ramadhan, jamaahnya memang sangat padat, jadi memang
lebih terasa perjuangannya.
![]() |
pernah saking capeknya tiduran sambil nunggu sholat, dan bangunnya kesakitan sampai ditolongin jamaah lain. |
JEDDAH - DUBAI
Kemarin
agak kecewa dengan pelayanan di Bandara Jeddah, karena wheelchair disediakan hanya
sampai ruang tunggu pesawat. Padahal dari ruang tunggu menuju ke pesawat harus naik bus lagi. Gak ada garbarata! OHEMJI. Oya biaya wrap wheelchair di Jeddah 100
ribu.
Nah, untuk penumpang khusus/ disabilitas memang ada pelayanan menggunakan mobil lift, apa sih itu namanya yang nantinya bisa naikin penumpang sampai pintu pesawat tanpa lewat tangga. Tapi itu pun setelah suami debat kusir dulu sama petugas bandara. Beneran gak disediakan wheelchair buat sampai ke mobil lift. Dari ruang tunggu menuju mobil lift juga butuh perjuangan lo, karena harus jalan kaki. Jalan kaki bagi orang yang susah jalan, sudah bisa dibayangin kan perjuangannya?
Dan ketika kami sudah diangkut dengan mobil lift itu, petugasnya minta dibayar dong, bahahhahaaa... tapi maaf banget saya gak kasih. Ini kan sudah tugase panjenengan pak dan jaraknya pun deket banget. Penumpang sebelah dari Malaysia juga gak kasih. Justru kalau yang minta-minta gini kenapa aku jadi gak ikhlas ya, huhuhu. Maafkan.
Nah, untuk penumpang khusus/ disabilitas memang ada pelayanan menggunakan mobil lift, apa sih itu namanya yang nantinya bisa naikin penumpang sampai pintu pesawat tanpa lewat tangga. Tapi itu pun setelah suami debat kusir dulu sama petugas bandara. Beneran gak disediakan wheelchair buat sampai ke mobil lift. Dari ruang tunggu menuju mobil lift juga butuh perjuangan lo, karena harus jalan kaki. Jalan kaki bagi orang yang susah jalan, sudah bisa dibayangin kan perjuangannya?
Dan ketika kami sudah diangkut dengan mobil lift itu, petugasnya minta dibayar dong, bahahhahaaa... tapi maaf banget saya gak kasih. Ini kan sudah tugase panjenengan pak dan jaraknya pun deket banget. Penumpang sebelah dari Malaysia juga gak kasih. Justru kalau yang minta-minta gini kenapa aku jadi gak ikhlas ya, huhuhu. Maafkan.
Tiba
di Dubai..
Dubai
itu bandaranya gede banget kan ya? *dibahas lagi*
Jadi,
kali ini jangan pelit-pelit buat kasih ke petugas yang sudah bantu dorong kursi
roda sampai bener-bener diatas pesawat. Kalau petugas di bandara Dubai baik dan
lebih sopan menurutku, jadi kita mau ngasih juga gak mikir lama.
DUBAI
– INDONESIA
Sama
ketika berangkat, kita akan dibantu oleh petugas bandara untuk urusan kursi
roda. Dan kursi roda pribadi sudah bisa dipakai sendiri ketika tiba di Bandara Soetta.
Untuk menuju Jogja, kursi roda tidak perlu di wrap lagi, jadi perlakuannya sama
seperti stroller. Ketika check in, lapor ke petugas bahwa ada penumpang
pengguna kursi roda, dan ada wheelchair pribadi.
Mungkin
kemarin karena mama sudah kelelahan, jadi ketika mau turun dari pesawat beliau sempet
jatuh, dan ketika turun dari pesawat harus digendong karena mau gak mau memang
hanya bisa lewat tangga. GAK ADA GARBARATA KAN di bandara Adi Sutjipto. LOL.
Semoga New Yogyakarta International Airport nantinya akan lebih canggih ya!
Semoga New Yogyakarta International Airport nantinya akan lebih canggih ya!
Mungkin
inilah cerita kilas balik pengalaman Umroh kemarin dengan kursi roda. Mungkin saja
jika tubuh saya mampu, sebenarnya ingin ku gendong mama ketika tawaf di depan
Ka'bah, tapi InsyaALLAH di kesempatan terbaik lainnya, beliau akan bisa
berjalan sendiri mengelilingi Ka'bah sambil menyebut namaMu ya Allah... Aamiin.
Cerita lain tentang perjalanan Umroh Ramadhan sebelumnya, bisa di baca disini :
Aku amat terharu n sangat bangga dg kalian anakku,jadi,kelak mama yg akan membawa kalian ke sorga atau kalian yg akan membawa mama ke sorga ?
ReplyDeleteAamiin...
DeleteMasya Allah, jika niat kuat, Allah memudahkan. Salut dengan semangatnya mba
ReplyDeletebetul mba, makasih mba sudah mampir membaca :)
DeleteSalut Mbak Irvi dengan perjuangannya menemani mamanya umroh naik kursi roda. Huhuhu....jadi pengin ke baitullah juga baca ini
ReplyDeleteAamiin, semoga dimudahkan ya mbak untuk bisa segera ke Baitullah... Trimakasih sudah mampir :)
DeleteAku merinding bacanya mba.:) . Apalagi bawa ortu yaa, semoga pahalanya makin berlipat ganda. . Aku akan umroh jg oct besok. Jd lagi baca2 semua yg berkaitan ama umroh. Ga sabar rasanya mau ke rumah Allah :)
ReplyDeleteaamiin... semoga lancar umrohnya mba :)
Delete